Konsep Wilayah Dan Pusat Pertumbuhan - Dari wilayah kecil yang sepi dan terpencil berubah menjadi sebuah kota metropolitan yang luas dan ramai serta penuh sesak dengan hiruk pikuk kehidupan penghuninya.
Suatu wilayah dapat tumbuh dan berkembang apabila didukung oleh potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup. Selain itu, pengaruh wilayah lain yang lebih dahulu menjadi pusat pertumbuhan ikut mendorong cepatnya pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah. Mengapa demikian? Kegiatan ekonomi yang beragam dan interaksi antarwilayah dalam rangka pemenuhan kebutuhan wilayah memainkan peran penting dalam proses ini. Nah, untuk memahami lebih jauh apa dan bagaimana suatu wilayah bisa berkembang menjadi pusat pertumbuhan, ikuti pembahasan materi berikut ini.
Di permukaan Bumi ini terdapat berbagai wilayah dengan karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik tersebut merupakan dasar untuk melakukan perwilayahan. Secara umum wilayah dibedakan menjadi wilayah formal dan fungsional. Setiap wilayah memiliki potensi yang memengaruhi perkembangan wilayah tersebut. Wilayah yang mengalami pertumbuhan yang cepat dan memengaruhi daerah sekitarnya disebut pusat pertumbuhan. Sejauh mana batas wilayah pertumbuhan dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif.
Di Indonesia terdapat empat pusat pertumbuhan, yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Akibat adanya pusat pertumbuhan menimbulkan dampak terhadap sumber daya manusia, ekonomi, dan perubahan sosial budaya.
Suatu wilayah mempunyai karakteristik tertentu sehingga berbeda dengan wilayah yang lain. Pusat pertumbuhan yang muncul di suatu wilayah akan memengaruhi wilayah sekitarnya. Wilayah yang tumbuh dan berkembang diharapkan memberi keuntungan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan penduduknya.
Mengapa suatu wilayah dapat tumbuh dan berkembang? Bagaimana mengidentifikasi pusat-pusat pertumbuhan yang akan menjadi kota? Bagaimana fenomena geografis dapat dijadikan dasar dalam pengembangan wilayah? Bagaimana menentukan batas-batas wilayah pertumbuhan? Ingin segera mengetahuinya? Ikuti pem-bahasannya berikut.
A. Wilayah Formal dan Fungsional
Apa yang dimaksud wilayah? Apakah wilayah sama dengan tempat? Adakah perbedaan keduanya? Wilayah (region) dan tempat (place) sama-sama menunjukkan lokasi tetapi keduanya berbeda dalam pengertian.
Baca juga
Baca juga
Pola Wilayah Negara Maju dan Negara Berkembang
Tempat merupakan bagian ruang di Bumi, baik berukuran luas atau sempit yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Wujud tempat dapat berupa benua, pulau, negara, kota, desa, dusun, dan daerah tidak ber-penghuni. Tempat tersebut biasanya mempunyai nama dan batas-batas serta ciri-ciri yang bersifat fisik maupun sosial. Ciri fisik suatu tempat misalnya iklim, bentuk lahan, tanah, hidrosfer, flora, dan fauna. Ciri sosial suatu tempat misalnya bahasa, agama, sistem ekonomi, sistem politik, dan penyebaran penduduk.
Wilayah merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi daerah (area) di muka Bumi untuk berbagai tujuan. Suatu wilayah mempunyai karakteristik tertentu yang memberikan ukuran-ukuran kesamaan dan perbedaan dengan wilayah lain. Contoh: Perbedaan wilayah pesisir dan pedalaman. Wilayah dapat digunakan untuk menyederhanakan daerah di muka Bumi dengan pengaturan berdasarkan pada karakteristik fisik dan sosial yang ada. Wilayah dibangun manusia sebagai suatu hasil kreasi dan mempunyai batas-batas yang diturunkan dari kriteria khusus.
Wilayah dapat berukuran sekecil rukun tetangga (RT) atau sebesar negara. Orang-orang yang hidup dalam suatu wilayah dapat menyebabkan konflik baik secara internal maupun eksternal. Para ahli kewilayahan secara umum membedakan wilayah menjadi dua meskipun kadang ada yang membedakan wilayah menjadi tiga. Pembedaan wilayah di Bumi menjadi dua sebagai berikut.
1. Wilayah Formal
Wilayah formal dicirikan oleh sesuatu yang dimiliki atau melekat pada manusia dan alam secara umum, seperti bahasa tertentu yang digunakan penduduk, agama, kebangsaan, budaya, dan identitas politik serta tipe iklim tertentu, bentuk lahan, dan vegetasi.
Kesatuan ideologi seperti negara, bangsa, provinsi, adalah wilayah formal karena mereka ditentukan oleh identitas politik. Wilayah for-mal lain, misalnya wilayah iklim (contoh: daerah hutan hujan tropis), wilayah bentuk lahan (contoh: daerah karst, Gunung Kidul, Yogyakarta), dan wilayah ekonomi (contoh: daerah perdagangan Glodok, Jakarta). Wilayah formal dapat ditentukan dengan ukuran-ukuran penduduk, pendapatan per kapita, latar belakang suku bangsa, hasil pertanian, penyebaran dan kepadatan penduduk, hasil industri, serta juga pemetaan karakteristik fisik seperti temperatur, curah hujan, dan jenis musim.
2. Wilayah Fungsional
Wilayah fungsional berada di sekeliling titik pertumbuhan dan terjalin dengan titik pertumbuhan melalui sistem transportasi, sistem komunikasi, atau kelompok ekonomi, seperti manufaktur serta perdagangan. Salah satu bentuk wilayah fungsional adalah kota me-tropolitan. Sebagai contoh, kota metropolitan Jakarta mendukung perkembangan daerah lain melalui jalur transportasi, jalur perdagangan dan bisnis, serta siaran radio dan televisi. Kota-kota seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi adalah wilayah fungsional yang terjadi akibat perkembangan kota metropolitan Jakarta.
Wilayah fungsional lain yang berskala kecil adalah pusat perbelanjaan yang berbentuk mal atau supermarket, daerah yang dilayani oleh sebuah bank, bandar udara, dan daerah kegiatan yang sibuk.
B. Perwilayahan Formal dan Fungsional
Di atas anda sudah membahas wilayah formal dan wilayah fungsional. Tentu kamu mampu membedakan keduanya dengan mudah. Pada subbab ini kamu akan membahas perwilayahan formal dan perwilayahan fungsional. Apakah perbedaan antara wilayah dan perwilayahan? Serta, apakah yang dimaksud perwilayahan? Secara sederhana, wilayah menunjukkan bendanya, sedang perwilayahan menunjukkan prosesnya. Perwilayahan merupakan proses penentuan suatu wilayah dengan menarik batas berdasarkan variabel atau kriteria tertentu baik secara kuantitas maupun kualitas. Penentuan bisa menggunakan satu variabel (kriteria sederhana), misalnya unsur pendapatan per kapita penduduk, atau menggunakan banyak variabel (kriteria kompleks).
Dalam pembangunan wilayah atau yang berkaitan dengan pengembangan wilayah diperlukan suatu perencanaan yang matang, sehingga terdapat kesesuaian antara wilayah dengan pemanfaatannya. Misalnya, jumlah sarana transportasi bus kota perlu ditambah untuk melayani penduduk yang semakin padat akibat angka pertumbuhan penduduk dan jumlah penduduk yang masuk lebih tinggi. Salah satu metode yang digunakan adalah metode nilai bobot indeks.
1. Perwilayahan Formal
Penentuan suatu wilayah menjadi perwilayahan formal dapat dilakukan dengan metode nilai bobot indeks. Perwilayahan formal bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian wilayah yang bersifat seragam atau homogen sesuai dengan variabel atau kriteria yang digunakan.
Berdasarkan beberapa variabel atau kriteria maka penarikan batas wilayah dapat dilakukan dengan metode nilai bobot indeks. Misalnya, variabel yang digunakan untuk menentukan wilayah homogen secara sosial ekonomi adalah pendapatan per kapita dan tingkat per-tumbuhan penduduk. Contoh penentuan nilai bobot indeks kedua variabel tersebut di tujuh wilayah kota X dilakukan sebagai berikut.
Tabel 7.1 Pendapatan per Kapita dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota X
Wilayah
|
Pendapatan per Kapita
|
Tingkat Pertumbuhan
|
|
(× Rp1.000)
|
Penduduk (%)
|
||
A
|
1.150
|
1,3
|
|
B
|
950
|
1,2
|
|
C
|
850
|
1,3
|
|
D
|
1.250
|
1,0
|
|
E
|
900
|
1,4
|
|
F
|
1.000
|
1,3
|
|
G
|
1.000
|
1,1
|
|
Nilai indeks setiap wilayah dihitung dengan ketentuan sebagai berikut.
Pendapatan per kapita:
- d Rp1.000.000,00 berbobot 1.
- > Rp1.000.000,00 berbobot 2.
Tingkat pertumbuhan penduduk:
- < 1% berbobot 4.
- 1,0–1,1% berbobot 3.
- 1,2–1,3% berbobot 2.
- t 1,4% berbobot 1.
Tabel 7.2 Nilai Bobot Indeks Wilayah A–G
Wilayah
|
Perhitungan
|
Nilai
|
A
|
2+2
|
4
|
B
|
1+2
|
3
|
C
|
1+2
|
3
|
D
|
2+3
|
5
|
E
|
1+1
|
2
|
F
|
1+2
|
3
|
G
|
1+3
|
4
|
Jumlah
|
9+15
|
24
|
Rata-rata bobot wilayah kota X adalah:
24 : 7 = 3 73
= 3,42
Perwilayahan A–G kota X
berdasarkan tabel 7.2 dapat dibedakan menjadi tiga wilayah homogen menurut
kondisi sosial ekonomi (standar deviasi = 0,5), yaitu:
- Wilayah I <2,9 (E).
- Wilayah II 2,9–3,9 (B, C, F).
- Wilayah III > 3,9 (A, D, G).
2. Perwilayahan Fungsional
Perwilayahan fungsional ditentukan dengan adanya hubungan dari titik-titik pertumbuhan pada unit-unit wilayah dengan titik pusat pertumbuhan. Jadi, perwilayahan fungsional lebih menitikberatkan adanya arus hubungan dengan titik pusat.
Penentuan perwilayahan fungsional umumnya menggunakan dua pendekatan analisis, yaitu analisis aliran barang/orang dan analisis gravitasi. Analisis aliran barang/orang menitikberatkan pada sesuatu yang dilakukan orang, sedang analisis gravitasi menitikberatkan pada suatu kemungkinan yang akan dilakukan orang menurut pengamatan.
Analisis aliran barang/orang memandang wilayah fungsional berdasarkan pada arah dan intensitas aliran barang/orang antara titik pusat dan wilayah sekitarnya. Jangkauan pengaruh titik pusat terhadap wilayah sekitar sampai pada titik minimum arus aliran. Dengan demikian, pengaruh aliran barang/orang berlangsung intensif di wilayah terdekat dengan titik pusat dan kurang intensif di wilayah yang jauh dari titik pusat.
Beberapa jenis aliran barang/orang dapat disebutkan sebagai berikut.
- Bidang informasi : surat kabar, tabloid, surat, telepon, dan tele-gram.
- Bidang sosial : arus sumbangan dan kemanusiaan, pasien berobat, serta siswa sekolah.
- Bidang ekonomi : arus penumpang angkutan bus, barang kebutuhan pokok, barang ekspor, dan orang yang pergi bekerja.
- Bidang politik : arus pengungsi dan mencari suaka politik, serta arus pembelanjaan negara.
Pendekatan analisis aliran barang/orang dapat dilakukan secara sederhana dengan teori grafik. Contoh analisis aliran barang/orang adalah arus angkutan penumpang yang menggunakan jalur bus umum di kota Y. Jalur bus angkutan umum yang ada menunjukkan terjadinya hubungan sosial ekonomi antarwilayah. Contoh matriks jalur bus antarwilayah di kota Y dapat kamu lihat sebagai berikut.
Tabel 7.3 Contoh Matriks Metode Jalur Bus Umum Antarwilayah Kota Y
Bus Umum Menuju Wilayah
|
|||||||||
T
|
U
|
V
|
W
|
X
|
Y
|
Z
|
|||
Wilayah
|
T
|
25
|
56
|
||||||
U
|
32
|
38
|
|||||||
dari
|
V
|
27
|
48
|
||||||
W
|
35
|
43
|
20
|
||||||
Umum
|
|||||||||
X
|
24
|
37
|
50
|
||||||
Bus
|
Y
|
30
|
45
|
28
|
|||||
Z
|
18
|
33
|
54
|
Coba anda simak matriks di atas. Manakah wilayah yang paling banyak dilayani oleh angkutan bus umum? Dengan mudah tentu kamu menyebut wilayah W. Wilayah W dilayani angkutan bus umum dari berbagai wilayah dan jumlah bus yang melayaninya paling banyak. Agar lebih jelas, kamu dapat menyimak jaringan hubungan fungsional jalur angkutan bus umum yang melayani wilayah T, U, V, W, X, Y, dan Z di kota Y pada gambar 7.3.
Jaringan hubungan fungsional jalur angkutan bus umum kota Y |
Dari gambar 7.3 menunjukkan bahwa titik W merupakan pusat jaringan jalur angkutan bus umum dalam suatu perwilayahan fungsional kota Y. Perwilayahan fungsional biasanya merupakan wilayah luas dengan unit-unit yang lebih kecil yang secara fungsional saling terkait. Wilayah ini dapat diamati pada suatu kota, misalnya Jakarta. Wilayah Kota Jakarta dihubungkan oleh jalan lingkar bagian dalam (inner ring road) dan jalan lingkar bagian luar (outer ring road). Coba anda simak gambar 7.4. Tampak daerah pinggiran Kota Jakarta dihubungkan oleh jalan lingkar luar.
Peta jaringan jalan di Jakart |
C. Perwilayahan Berdasarkan Fenomena Geografis
Seiring dengan kemajuan peradaban manusia, muncul tempat-tempat yang berkembang menjadi pusat pertumbuhan. Perkembangan tempat-tempat ini tergantung potensi sumber daya yang dimilikinya. Wilayah di sekitarnya cepat atau lambat tentu akan terpengaruh sehingga akan mengalami perkembangan juga.
Pada materi sebelumnya anda telah mempelajari perwilayahan formal dan fungsional. Selanjutnya, akan kita pelajari perwilayahan berdasarkan fenomena geografis. Dalam penjelasan kali ini, perwilayahan diartikan sebagai upaya mengelompokkan bagian-bagian permukaan Bumi untuk tujuan tertentu. Misalnya pembagian wilayah menurut iklim, ketinggian tempat, topografi wilayah, dan lain sebagainya.
Perwilayahan di setiap negara berbeda-beda karena memiliki karakteristik yang tidak sama. Di Indonesia, perwilayahan didasarkan sumber daya yang ada di masing-masing daerah. Dengan demikian pembangunan dapat direncanakan dengan baik, sehingga pem-bangunan dapat merata di semua wilayah. Tujuan perwilayahan sebagai berikut.
- Untuk meratakan pembangunan di semua wilayah sehingga dapat mengurangi kesenjangan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
- Memudahkan koordinasi berbagai program pembangunan pada tiap daerah.
- Mensosialisasikan berbagai program pembangunan kepada aparatur pemerintah dan masyarakat serta para pengusaha.
Secara garis besar, perwilayahan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu regional generalization (generalisasi wilayah) dan regional classification (klasifikasi wilayah).
1. Generalisasi Wilayah
Generalisasi wilayah merupakan proses pembagian permukaan Bumi tertentu menjadi beberapa bagian. Generalisasi dilakukan dengan menyamakan beberapa unsur sehingga menyebabkan hilangnya beberapa faktor yang dianggap kurang penting atau kurang sesuai dengan tujuan generalisasi. Hal ini ditujukan untuk menampakkan karakter-karakter tertentu yang ingin ditonjolkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam generalisasi wilayah adalah skala peta yang digunakan dan tujuannya. Jika skala yang digunakan makin besar maka makin kecil generalisasi wilayah yang dilakukan. Apabila skala yang digunakan kecil, maka semakin besar generalisasinya. Selain skala, generalisasi wilayah juga dipengaruhi oleh tujuan perwilayahan. Untuk tujuan yang memerlukan data yang tidak terlalu detail, maka generalisasi yang dilakukan lebih kecil. Sedangkan untuk data-data yang lebih spesifik maka generalisasinya lebih besar. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh berbagai kenampakan yang ada di wilayah tersebut.
2. Klasifikasi Wilayah
Klasifikasi wilayah merupakan suatu upaya mengelompokkan suatu wilayah secara sistematis menjadi beberapa bagian tertentu. Berikut ini beberapa penggolongan atau klasifikasi wilayah tersebut.
- Core Region, yaitu inti wilayah yang biasanya berupa daerah me-tropolitan yang terdiri atas dua atau lebih kota-kota yang ber-kelompok. Contoh: Kota Jakarta.
- Development Axes (poros pembangunan), yaitu daerah yang menghubungkan dua atau lebih core region. Biasanya berupa jalur memanjang di koridor transportasi. Contoh: Jalur transportasi yang menghubungkan Kota Yogyakarta, Solo, dan Semarang.
- Resource Frontier Region, yaitu suatu wilayah baru yang mulai berkembang dan nantinya akan menjadi daerah yang produktif. Daerah ini biasanya terletak jauh dari core region. Contoh: daerah transmigrasi, kawasan industri, daerah per-kebunan, dan lain sebagainya.
- Depresed Region atau daerah tertekan, yaitu suatu daerah yang mengalami penurunan tingkat ekonominya dan daerahnya sulit untuk berkembang. Daerah ini biasanya tertekan secara sosial dan ekonomi, sehingga cenderung menjadi daerah yang tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya.
- Special Problem Region, yaitu suatu daerah yang terletak pada lokasi yang khusus dengan karakteristik tertentu. Contoh: daerah perbatasan, daerah cagar purbakala, perumahan militer, dan lain sebagainya.
D. Pusat-Pusat Pertumbuhan
Setiap wilayah mempunyai potensi untuk dapat tumbuh dan ber-kembang. Perkembangan suatu wilayah menjadi pusat pertumbuhan terjadi karena beberapa faktor. Apa sajakah faktor-faktor tersebut? Pusat-pusat pertumbuhan yang muncul telah melahirkan teori pusat pertumbuhan wilayah. Selain itu, pusat pertumbuhan yang dibangun di Indonesia, seperti kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) misalnya, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Siapa saja yang membuat teori pertumbuhan? Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan KAPET dan teori pertumbuhan, apa sajakah yang memengaruhi perkembangan suatu wilayah? Nah, untuk mengetahuinya, mari ikuti pemaparan materi berikut.
1. Pengertian Pusat Pertumbuhan
Perkembangan wilayah diawali dengan munculnya pusat pertumbuhan. Apakah yang dimaksud dengan pusat pertumbuhan? Coba simak perkembangan Kota Jakarta. Sebelum menjadi kota bernama Jakarta, kota yang bernama Batavia ini hanya merupakan tempat administrasi pemerintahan Belanda di Indonesia. Segala kegiatan ekonomi perdagangan dan keluar masuk barang (ekspor impor) di wilayah jajahan Belanda dalam wilayah Nusantara harus melewati administrasi di Batavia. Kegiatan administrasi ini merangsang kegiatan lain, seperti pelayanan jasa dan perbankan sehingga banyak gedung-gedung perkantoran dibangun untuk mendukungnya. Memang, kegiatan ekonomi menjadi kekuatan pendorong bagi tumbuhnya suatu daerah. Pusat pertumbuhan yang muncul akan memengaruhi wilayah sekitarnya.
Jadi, sekarang anda sudah mempunyai gambaran tentang pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan merupakan suatu wilayah yang berkembang secara pesat khususnya kegiatan ekonomi sehingga menjadi pusat pembangunan daerah. Pusat pertumbuhan akan mendorong perkembangan wilayah sekitarnya. Pusat pertumbuhan yang muncul di suatu wilayah dipengaruhi oleh karakteristik wilayahnya. Perkembangan pusat pertumbuhan di suatu wilayah ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut.
a. Sumber Daya Alam
Daerah yang mempunyai kekayaan sumber daya alam berpotensi menjadi pusat pertumbuhan. Sebagai contoh, penambangan bahan tambang yang bernilai ekonomi tinggi di suatu wilayah merangsang kegiatan ekonomi, memberikan kesempatan kerja, dan meningkatkan pendapatan daerah serta berpengaruh terhadap munculnya kegiatan ekonomi penunjang.
b. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia sangat berperan dalam pembentukan pusat pertumbuhan di suatu wilayah. Tenaga kerja yang ahli, terampil, andal, kapabel, dan profesional dibutuhkan untuk mengelola sumber daya alam. Pusat pertumbuhan akan berkembang dan pembangunan berjalan lancar apabila tersedia sumber daya manusia yang andal.
c. Kondisi Fisiografi/Lokasi
Kondisi fisiografi/lokasi memengaruhi perkembangan pusat pertumbuhan. Lokasi yang strategis memudahkan transportasi dan angkutan barang, sehingga pusat pertumbuhan berkembang cepat. Sebagai contoh, daerah dataran rendah yang berelief rata memungkinkan pusat pertumbuhan berkembang lebih cepat dibanding daerah pedalaman yang berelief kasar atau ber-pegunungan.
d. Fasilitas Penunjang
Pusat pertumbuhan akan lebih berkembang apabila didukung oleh fasilitas penunjang yang memadai. Beberapa fasilitas penunjang antara lain jalan, jaringan listrik, jaringan telepon, pelabuhan laut dan udara, fasilitas air bersih, penyediaan bahan bakar, serta prasarana kebersihan.
2. Teori Pusat Pertumbuhan
Pusat pertumbuhan dapat terbentuk di suatu wilayah. Terbentuknya pusat pertumbuhan dapat terjadi secara alami atau dengan perencanaan. Bagaimana pusat pertumbuhan muncul dan berkembang di suatu wilayah? Coba kamu ikuti pemaparan beberapa teori mengenai pusat pertumbuhan atau perkembangan wilayah berikut.
a. Teori Polarisasi Ekonomi
Teori polarisasi ekonomi dikemukakan oleh Gunar Myrdal. Menurut Myrdal, setiap daerah mempunyai pusat pertumbuhan yang menjadi daya tarik bagi tenaga buruh dari pinggiran. Pusat pertumbuhan tersebut juga mempunyai daya tarik terhadap tenaga terampil, modal, dan barang-barang dagangan yang menunjang pertumbuhan suatu lokasi. Demikian terus-menerus akan terjadi pertumbuhan yang makin lama makin pesat atau akan terjadi pola-risasi pertumbuhan ekonomi (polarization of economic growth).
Teori polarisasi ekonomi Myrdal ini menggunakan konsep pusat-pinggiran (coreperiphery). Konsep pusat-pinggiran merugikan daerah pinggiran, sehingga perlu diatasi dengan membatasi migrasi (urbanisasi), mencegah keluarnya modal dari daerah pinggiran, membangun daerah pinggiran, dan membangun wilayah pedesaan.
Adanya pusat pertumbuhan akan berpengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif terhadap perkembangan daerah sekitarnya disebut spread effect. Contohnya adalah terbukanya kesempatan kerja, banyaknya investasi yang masuk, upah buruk semakin tinggi, serta penduduk dapat memasarkan bahan mentah. Sedangkan pengaruh negatifnya disebut backwash effect, contohnya adalah adanya ketimpangan wilayah, mening-katnya kriminalitas, kerusakan lingkungan, dan lain sebagainya.
b. Teori Kutub Pertumbuhan
Konsep kutub pertumbuhan (growth pole concept) dikemuka-kan oleh Perroux, seorang ahli ekonomi Prancis (1950). Menurut Perroux, kutub pertumbuhan adalah pusat-pusat dalam arti keruangan yang abstrak, sebagai tempat memancarnya kekuatan-kekuatan sentrifugal dan tertariknya kekuatan-kekuatan sen-tripetal. Pembangunan tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda. Kutub pertumbuhan bukanlah kota atau wilayah, melainkan suatu kegiatan ekonomi yang dinamis. Hubungan kekuatan ekonomi yang dinamis tercipta di dalam dan di antara sektor-sektor ekonomi.
Contoh: industri baja di suatu daerah akan menimbulkan kekuatan sentripetal, yaitu menarik kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan pembuatan baja, baik pada penyediaan bahan mentah maupun pasar. Industri tersebut juga menimbulkan kekuatan sentrifugal, yaitu rangsangan timbulnya kegiatan baru yang tidak berhubungan langsung dengan industri baja.
c. Teori Pusat Pertumbuhan
Teori pusat pertumbuhan dikemukakan oleh Boudeville. Menurut Boudeville (ahli ekonomi Prancis), pusat pertumbuhan adalah sekumpulan fenomena geografis dari semua kegiatan yang ada di permukaan Bumi. Suatu kota atau wilayah kota yang mempunyai industri populasi yang kompleks, dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan. Industri populasi merupakan industri yang mempunyai pengaruh yang besar (baik langsung maupun tidak langsung) terhadap kegiatan lainnya.
d. Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral dikemukakan oleh Walter Christaller (1933), seorang ahli geografi dari Jerman. Teori ini didasarkan pada lokasi dan pola persebaran permukiman dalam ruang. Dalam suatu ruang kadang ditemukan persebaran pola permukiman desa dan kota yang berbeda ukuran luasnya.
Teori pusat pertumbuhan dari Christaller ini diperkuat oleh pendapat August Losch (1945) seorang ahli ekonomi Jerman. Keduanya berkesimpulan, bahwa cara yang baik untuk menye-diakan pelayanan berdasarkan aspek keruangan dengan menempatkan aktivitas yang dimaksud pada hierarki permukiman yang luasnya meningkat dan lokasinya ada pada simpul-simpul jaringan heksagonal. Lokasi ini terdapat pada tempat sentral yang memungkinkan partisipasi manusia dengan jumlah maksimum, baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang yang dihasilkannya. Tempat-tempat tersebut diasumsikan sebagai titik simpul dari suatu bentuk geometrik berdiagonal yang memiliki pengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Hubungan antara suatu tempat sentral dengan tempat sentral yang lain di sekitarnya membentuk jaringan sarang lebah seperti yang kamu lihat pada gambar samping.
Menurut Walter Christaller, suatu tempat sentral mempunyai batas-batas pengaruh yang melingkar dan komplementer terhadap tempat sentral tersebut. Daerah atau wilayah yang komplementer ini adalah daerah yang dilayani oleh tempat sentral. Lingkaran batas yang ada pada kawasan pengaruh tempat-tempat sentral itu disebut batas ambang (threshold level).
Konsep dasar dari teori tempat sentral sebagai berikut.
1) Population threshold, yaitu jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk melancarkan dan kesinambungan dari unit pelayanan.
2) Range (jangkauan), yaitu jarak maksimum yang perlu ditempuh penduduk untuk mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkannya dari tempat pusat. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Range selalu lebih besar dibanding daerah tempat popu-lation threshold.
- Inner limit (batas dalam) adalah batas wilayah yang didiami population threshold.
- Outer limit (batas luar) adalah batas wilayah yang mendapatkan pelayanan terbaik, sehingga di luar batas itu penduduk akan mencari atau pergi ke pusat lain.
Agar anda lebih jelas, coba perhatikan gambar di samping. Tempat sentral memiliki batas-batas pengaruh. Batasbatas itu melingkar dan komplementer dengan tempat sentral tersebut. Suatu tempat sentral dapat berupa kota-kota besar, pusat perbelanjaan, rumah sakit, ibu kota provinsi, dan kota kabupaten. Masing-masing tempat sentral tersebut menarik penduduk yang tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda-beda.
Teori Walter Christaller dapat diterapkan secara baik di suatu wilayah dengan syarat-syarat sebagai berikut.
- Topografi dari wilayah tersebut relatif seragam, sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lainnya dalam hubungannya dengan jalur angkutan.
- Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu, atau batu bara.
Tiga asas tempat sentral menurut Christaller sebagai berikut.
a. Tempat Sentral Menurut Asas Pasar (K3)
Merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang responsif terhadap ketersediaan barang dan jasa atau sering disebut dengan kasus pasar optimal. Para konsumen di tempat-tempat yang lebih kecil terbagi menjadi tiga kelompok yang sama besarnya, jika berbelanja ke tiga tempat lebih besar yang letaknya terdekat.
b. Tempat Sentral Menurut Asas Transportasi (K4)
c. Tempat Sentral Menurut Administrasi (K7)
Tempat sentral ini memengaruhi seluruh bagian wilayah sekitarnya dan wilayah itu sendiri. Pembangunan tempat sentral ini tidak berorientasi pada sektor ekonomi, tetapi pada sektor sosial dan politik. Contohnya kota pusat pemerintah. Para konsumen di tempat-tempat yang lebih kecil berbelanja ke tempat-tempat yang lebih besar yang letaknya terdekat.
E. Pusat-Pusat Pertumbuhan di Indonesia
Bagaimanakah gambaranmu tentang Kota Jakarta sekarang ini? Kamu tentu dapat menjelaskan dengan panjang lebar karena banyak pemberitaan mengenai Kota Jakarta melalui media massa. Kota Jakarta merupakan kota yang mengalami perkembangan pesat. Sarana dan prasarana penunjang kehidupan kota telah banyak dibangun, sehingga kehidupan kota dapat berlangsung siang dan malam.
Apakah keadaan Kota Jakarta 100 tahun yang lalu sama dengan keadaan sekarang? Tentu saja sangat berbeda. Pada mulanya, Jakarta merupakan kota administrasi, pelabuhan, dan perdagangan. Kegiatan ini mendorong munculnya industri dan jasa. Semakin lama kegiatan menjadi sangat kompleks seperti saat ini.
Perkembangan pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia banyak bertumpu pada sektor industri. Sebelumnya, sektor minyak dan gas menjadi tumpuan bagi pertumbuhan wilayah. Kemudian, pemerintah melalui kebijakannya mengganti sektor minyak dan gas dengan sektor industri. Pertumbuhan ekonomi wilayah diharapkan meningkat seiring kemajuan sektor industri. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi berpengaruh pada peningkatan pembangunan wilayah. Peningkatan pembangunan wilayah berpengaruh pada kesejahteraan penduduk yang semakin baik. Peningkatan ini juga akan mendorong per-tumbuhan dan perkembangan wilayah di sekitarnya.
1. Wilayah Geografis Pembangunan
Wilayah Indonesia yang luas dan terdiri atas banyak pulau berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan pembangunan. Pembangunan nasional akan lancar apabila pelaksanaannya tidak terpusat dalam satu wilayah, misalnya Jawa, tetapi menyebar dan menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia. Atas dasar ini, maka pembangunan nasional Indonesia dilaksanakan dengan sistem perwilayahan (regionalisasi) dan kota-kota utama yang ada dijadikan sebagai pusat-pusat pertumbuhannya.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah membagi wilayah Indonesia menjadi empat pusat pertumbuhan dengan kota utamanya yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Setiap pusat pertumbuhan atau regional membawahi beberapa wilayah. Setiap wilayah terdiri atas beberapa daerah. Agar lebih jelas, coba kamu perhatikan tabel sebagai berikut.
Tabel 7.4 Regionalisasi Pusat Pertumbuhan Indonesia
No.
|
Regional
|
Pusat Pertumbuhan
|
Wilayah
|
Provinsi/Daerah
|
|
(Kota Utama)
|
|||||
1.
|
A
|
Medan
|
I
|
Aceh dan Sumatra Utara berpusat
di Medan.
|
|
II
|
Sumatra Barat, Riau, dan
Kepulauan Riau berpusat di Pekanbaru.
|
||||
2.
|
B
|
Jakarta
|
III
|
Jambi, Sumatra Selatan,
Bengkulu, dan Bangka Belitung berpusat di
|
|
Palembang.
|
|||||
IV
|
Lampung,
Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, dan Yogyakarta
|
||||
berpusat di Jakarta.
|
|||||
V
|
Kalimantan Barat berpusat di
Pontianak.
|
||||
3.
|
C
|
Surabaya
|
VI
|
Jawa Timur berpusat di Surabaya.
|
|
VII
|
Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, serta Kalimantan Selatan
|
||||
berpusat di Balikpapan dan
Samarinda.
|
|||||
4.
|
D
|
Makassar
|
VIII
|
Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan
|
|
Sulawesi Tenggara berpusat di
Makassar.
|
|||||
IX
|
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,
dan Gorontalo berpusat di Manado.
|
||||
X
|
Maluku, Maluku Utara, dan Irian
Jaya (Papua) berpusat di Sorong.
|
||||
Bila disajikan dalam peta, pusat pertumbuhan di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut.
Pusat-pusat wilayah pembangunan di Indonesia |
Sistem perwilayahan tersebut juga diterapkan dalam lingkup daerah yang lebih kecil di setiap provinsi. Dengan demikian, terjadi hubungan antara kabupaten dan kecamatan, antarkabupaten, serta antarkecamatan yang merupakan wilayah administrasi lebih kecil.
2. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
Program pembangunan nasional telah dilaksanakan pemerintah lebih dari 30 tahun. Banyak kemajuan di segala bidang dan memberi manfaat bagi masyarakat. Akan tetapi, selain keberhasilan yang telah dicapai tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang menyertainya. Beberapa kekurangan tersebut antara lain terjadinya pertumbuhan tidak seimbang atau kesenjangan pembangunan antarbidang, kesenjangan ekonomi antargolongan penduduk, dan kesenjangan pembangunan antarwilayah.
Secara geografis, kesenjangan pembangunan terjadi antara kawasan timur Indonesia (KTI) dengan kawasan barat Indonesia (KBI). Kesenjangan pembangunan antarkawasan ini perlu diatasi, sehingga KTI yang sudah tertinggal dapat mengejar ketertinggalan dan sejajar dengan KBI dalam pembangunannya. Usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi kesenjangan itu dengan pembentukan kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) di KTI melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 150 Tahun 2000.
KAPET yang dikembangkan di kawasan timur Indonesia (KTI) diharapkan menjadi pusat pertumbuhan yang akan merangsang perkembangan wilayah sekitarnya melalui ”trickle down effect”. Dengan demikian, mendorong munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi di wilayah sekitar. Beberapa bidang kegiatan ekonomi yang dapat dikembangkan di KTI meliputi pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, pariwisata, pertambangan, serta industri. Pengembangan KAPET tersebar di wilayah Indonesia, yaitu Manado, Bitung, Batui, Pare-Pare, Bukari, Bima, Seram, Mbay, Biak, Sanggau, Das Kakab, Batulicin, Sasamba, dan Sabang.
Penyebaran pusat-pusat pertumbuhan ke luar Jawa terutama ke kawasan timur Indonesia (KTI) seperti pembentukan KAPET bertujuan sebagai berikut.
- Pemanfaatan sumber daya alam.
- Peningkatan dan pemerataan kegiatan ekonomi.
- Peningkatan pendapatan daerah.
- Memperkuat ketahanan dan posisi geografis.
Kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) telah ditetapkan dengan Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 2000.
- Coba anda pelajari isi keppres tersebut. Kemudian, jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
- Apakah dasar pertimbangan pembentukan KAPET?
- Apakah yang dimaksud KAPET menurut keppres tersebut?
- Siapa saja yang duduk dalam susunan keanggotaan KAPET?
3. Pengaruh Pusat Pertumbuhan
Pengaruh yang ditimbulkan dari pusat pertumbuhan yang berkembang di suatu wilayah sebagai berikut.
a. Pemusatan Sumber Daya Manusia
Munculnya pusat pertumbuhan di suatu wilayah akan menarik tenaga kerja yang banyak. Para pekerja dari luar wilayah akan pindah dan menetap di wilayah pusat pertumbuhan sehingga terjadi pemusatan penduduk atau sumber daya manusia. Arus migrasi penduduk dari daerah pedesaan menuju pusat per-tumbuhan atau kota di Indonesia menunjukkan peningkatan seiring dengan perkembangan pusat pertumbuhan atau kota itu. Sebagai contoh, penambangan batu bara di wilayah Kalimantan memerlukan banyak tenaga kerja dari luar wilayah.
b. Perkembangan Ekonomi
Pusat pertumbuhan yang muncul di suatu wilayah akan meningkatkan kegiatan perekonomian di wilayah itu. Kesempatan kerja yang banyak dari berbagai bidang dan arus barang kebutuhan hidup berdampak pada perkembangan usaha-usaha ekonomi lain. Sebagai contoh, munculnya pusat pertumbuhan yang berawal dari kegiatan penambangan batu bara merangsang tumbuhnya kegiatan-kegiatan ekonomi lain, seperti warung makan, pasar, penginapan, toko kelontong, usaha transportasi, dan tempat hiburan. Dari usaha transportasi sendiri akan mendorong tumbuhnya penjualan alat-alat transportasi dan perbengkelan.
Banyak penduduk pendatang dan penduduk lokal membuka usaha atau melakukan kegiatan ekonomi di wilayah pusat pertumbuhan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Mereka bekerja sebagai wiraswastawan, pedagang, karyawan, buruh, dan penjualan jasa. Kawasan industri, perkebunan, pertambangan, kehutanan, dan pertanian merupakan wilayah yang dapat dikembangkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan. Kegiatan ekonomi yang berkembang di wilayah pusat pertumbuhan akan meningkatkan kesejahteraan penduduk.
c. Perubahan Sosial Budaya
Wilayah pusat pertumbuhan cenderung memiliki penduduk yang makin padat. Kepadatan penduduk yang meningkat serta kemajuan komunikasi dan transportasi akan berpengaruh pada kehidupan sosial budaya penduduknya. Pengaruh pusat pertumbuhan yang semakin berkembang terhadap sosial budaya antara lain sebagai berikut.
- Penduduk termotivasi untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan guna mengatasi masalah akibat perubahan sosial budaya.
- Terjadi percampuran budaya (akulturasi) antara penduduk pendatang dan penduduk lokal serta antarpenduduk pendatang sendiri.
- Arus informasi dari luar wilayah semakin meningkat.
- Status sosial akan meningkat seiring peningkatan kesejah-teraan hidup.
- Perubahan sikap penduduk terhadap disiplin waktu, penggunaan uang, dan pemilikan kebutuhan hidup.
F. Batas Wilayah Pertumbuhan
Batas wilayah pertumbuhan merupakan batas pengaruh terluar suatu wilayah yang mengalami pertumbuhan. Suatu wilayah yang sedang tumbuh memiliki batas-batas pengaruh yang berbeda-beda. Bagai-manakah cara penentuan batas wilayah pertumbuhan? Bagaimana pengaruh yang ditimbulkannya?
1. Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan
Sebuah pusat pertumbuhan memiliki daerah pengaruh yang jumlahnya lebih dari satu. Hal ini disebabkan pusat pertumbuhan menawarkan berbagai jenis barang dan pelayanan. Pengaruh pusat pertumbuhan terhadap daerah sekitarnya berkurang seiring dengan jarak. Semakin jauh jaraknya maka semakin kecil pengaruhnya dan semakin rendah tingkat pelayanannya.
Di Inggris, untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kota terhadap daerah sekitarnya dilakukan dengan menyusun indeks. Indeks tersebut menunjukkan keterkaitan kota dengan daerah di sekeli-lingnya. Indeks tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
- Distribusi surat kabar lokal dengan daerah sekitarnya.
- Pelayanan transportasi umum.
- Penjualan barang dengan eceran di kecamatan oleh pedagang besar di kota.
- Persebaran sekolah-sekolah tertentu.
- Banyaknya pelajar dan jauh dekatnya jarak asal para pelajar tersebut.
- Wilayah cakupan pelayanan dari rumah sakit pusat.
- Wilayah persebaran berita atau hiburan lewat siaran radio.
Selain berdasarkan indeks di atas, untuk menentukan batas wilayah pertumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
a. Secara Kualitatif
Penentuan batas wilayah pertumbuhan secara kualitatif, antara lain dilakukan dengan melakukan survei langsung atau kunjungan. Dengan begitu kamu akan mengetahui secara langsung batas-batas pertumbuhan wilayah. Misalnya dengan mengunjungi perbatasan kota, desa, atau provinsi.
Selain itu, penentuan batas pertumbuhan secara kualitatif juga dapat dilakukan dengan interpretasi foto udara atau citra satelit. Penentuan batas pertumbuhan didasarkan pada warna, rona, tekstur, dan pola yang ada dalam foto udara atau citra satelit.
b. Secara Kuantitatif
Penentuan batas wilayah pertumbuhan secara kuantitatif, merupakan cara penentuan batas wilayah berdasarkan ukuran-ukuran dari variabel tertentu. Penentuan ini dapat dilakukan dengan perhitungan matematis, antara lain dengan rumus teori titik henti.
Model ini dikemukakan oleh William J. Reilly. Teori ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi unit usaha ekonomi, sarana kesehatan, atau sarana pendidikan. Rumus model titik henti:
THAB = JAB
1 + PA
PB
Keterangan :
THAB = jarak lokasi titik henti yang diukur dari wilayah pertumbuhan dengan jumlah penduduk lebih kecil.
JAB = jarak antara wilayah pertumbuhan A dan B.
PA = jumlah penduduk wilayah pertumbuhan yang lebih besar (penduduk A).
PB = jumlah penduduk wilayah pertumbuhan yang lebih kecil (penduduk B).
Contoh soal :
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A adalah 5.000 orang, wilayah pertumbuhan B adalah 1.000 orang. Jarak antara wilayah pertumbuhan A dan B adalah 20 km. Berapa lokasi titik henti antara A dengan B?
Jawab:
THAB =
|
JAB
|
||||||||
PA
|
|||||||||
1 +
|
|||||||||
P
|
|||||||||
B
|
|||||||||
=
|
20
|
||||||||
5.000
|
|||||||||
1 +
|
|||||||||
1.000
|
|||||||||
=
|
20
|
= 6,18 km.
|
|||||||
+
|
5
|
||||||||
1
|
Jadi, lokasi titik henti antara wilayah pertumbuhan A dan B adalah 6,18 km diukur dari wilayah pertumbuhan B. Apakah arti angka tersebut? Hal itu menunjukkan wilayah B pertumbuhan wilayahnya memiliki jangkauan yang lebih dekat dibandingkan dengan wilayah A. Dengan kata lain, wilayah A memberikan pelayanan barang maupun jasa jangkauannya lebih jauh dibandingkan dengan wilayah B.
2. Interaksi Wilayah Pertumbuhan
Berdasarkan data empiris (pengamatan di lapangan), apabila dua wilayah pertumbuhan saling berinteraksi maka salah satunya mempunyai pengaruh yang lebih kuat. Interaksi yang terjadi antarwilayah pertumbuhan dapat dilihat dari beberapa aspek. Interaksi antarwilayah pertumbuhan dapat dilihat dari tiga aspek sebagai berikut.
a. Aspek Ekonomi
- Jaringan jalan yang menghubungkan dua wilayah per-tumbuhan menjadikan transportasi lancar, sehingga me-rangsang kegiatan ekonomi di kedua wilayah itu.
- Wilayah pertumbuhan A menjadi produsen barang-barang yang dibutuhkan di wilayah pertumbuhan B, sehingga barang-barang dari A dikirim ke B.
- Lalu lintas yang lancar antarwilayah pertumbuhan akan menekan harga kebutuhan di kedua wilayah.
- Wilayah pertumbuhan A dapat menjadi pasar bagi barang-barang yang diproduksi di wilayah pertumbuhan B dan sebaliknya.
b. Aspek Sosial
- Mobilitas dari berbagai latar belakang sosial ekonomi dan berbagai tujuan yang berbeda terjadi antarwilayah per-tumbuhan.
- Tenaga kerja dari luar wilayah pertumbuhan yang bekerja dan mencari nafkah di suatu wilayah.
- Kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan penduduk bermigrasi ke wilayah pertumbuhan lain.
- Kebutuhan bahan baku dan hasil industri menyebabkan terjadinya interaksi antarwilayah pertumbuhan.
c. Aspek Budaya
- Mode pakaian dan gaya berpakaian dari salah satu wilayah pertumbuhan banyak ditiru di wilayah lain.
- Penyebaran seni dan budaya melalui media komunikasi ke wilayah pertumbuhan lainnya.
- Budaya konsumtif dari suatu wilayah pertumbuhan mudah menular ke wilayah lain.
- Penemuan bidang teknologi dari suatu wilayah pertumbuhan dapat diterapkan untuk kemajuan wilayah lainnya.
Dari aspek-aspek di atas tampak bahwa pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antarwilayah pertumbuhan dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi masing-masing wilayah.
Demikianlah postingan yang admin bagikan mengenai Konsep Wilayah Dan Pusat Pertumbuhan. Semoga bermanfaat dan artikel di atas, dapat menjadi salah satu dari sekian banyak sumber bacaan yang bermanfaat buat kita bersama.
0 Response to "Konsep Wilayah Dan Pusat Pertumbuhan"
Posting Komentar